Anak Generasi muda papua bagian kiri Anton F Gobai dan kanan Frans Yeimo Seniman Muda Papua |
Oleh : Anton and Frans
Opini, dagiitonews-- anak generasi penerus papua harus diketahui dua
pendekatan yang saling melengkapi dan tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya,
atau dikesampingkan begitu saja dalam mengkaji konsep kepemimpinan; yaitu aspek
fisiologis dan aspek psikologis.
Yang pertama lebih memfokuskan
diri pada hal-hal yang konkret dan rasional;
sedang yang akhir, lebih mengarah pada dimensi emosional yang sering
kita temukan di dalamnya hal-hal yang non- rasional.
Untuk mendapatkan hal yang utuh
tentang kepemimpinan, maka masing-masing pendekatan tersebut harus mendapat
porsi yang seimbang. Dalam kesempatan yang amat terbatas ini, tulisan ini
membatasi diri pada telaah aspek psikologis dalam kepemimpinan, sebagaimana
permintaan panitia.
Perlu dimaklumi, bahwa pembahasan tentang aspek psikologis dalam kepemimpinan merupakan bagian kecil dari kajian psikologi kepemimpinan, satu sub tema yang cukup lus dalam bidang Leadership yang sempat disodorkan oleh panitia.
Setidaknya terdapat tiga alasan mengapa kajian ini perlu didahulukan. Pertama, bidang psikologi jauh lebih luas dan complicated daripada kajian aspek psikologisnya, yang karena itu membutuhkan waktu yang cukup luas untuk mendapatkan pemahaman yang utuh dan mendalam.
Kedua, bidang psikologi
kepemimpinan merupakan kajian yang relatif lebih “abstrak” daripada aspek
psikologisnya yang lebih menampakkan wujud konkretnya, sekalipun agak samar,
pada perilaku nyata. Dan Ketiga, untuk tahap pemula (bagi yang baru berkenalan
dengan disiplin ilmu psikologi) sangat baik menelaah konsep kepemimpinan
dimulai dari bidang yang lebih spesifik.
Aspek psikologis dalam Leadership lebih mengarah pada bagaimana seorang pemimpin mampu menjadi teladan bagi bawahannya, sehingga apa yang dia inginkan dalam konteks organisasi diikuti, segala yang diperintahkan dilakukan sebaik mungkin, dan apa-apa yang dia larang dipatuhi untuk dijauhi.
Aspek psikologis dalam Leadership lebih mengarah pada bagaimana seorang pemimpin mampu menjadi teladan bagi bawahannya, sehingga apa yang dia inginkan dalam konteks organisasi diikuti, segala yang diperintahkan dilakukan sebaik mungkin, dan apa-apa yang dia larang dipatuhi untuk dijauhi.
Keteladanan terwujud karena ia memiliki
kelebihan-kelebihan tertentu yang jarang bahkan tidak dimiliki oleh bawahannya.
Dan tambahan lagi bahwa kelebihan tersebut menduduki posisi dominan dalam
kelompoknya.
Diantara kelebihan yang dapat mengantarkan seorang pemimpin menjadi teladan bagi bawahannya adalah keunggulannya dalam hal integritas pribadi, penguasaan IPTEK, aspiratif, apresiasif, cepat mengambil keputusan dan melakukan tindakan, dan sejenisnya.
Gambaran aspek psikologis
demikian berlaku umum pada organisasi yang solid.
Untuk itu seorang pemimpin harus mempunyai modal dasar sehingga mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajerial.
Untuk itu seorang pemimpin harus mempunyai modal dasar sehingga mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajerial.
Kaitannya dengan leadership, fungsi manajerial yang terutama dan
mendasar harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah: Actuating, yaitu
kemampuan pemimpin dalam mempengaruhi dan mengarahkan tindakan seseorang atau
kelompok pada suatu organisasi dalam upaya memanfaatkan sumberdaya manusia,
material, teknologi dan finansial untuk mencapai tujuan organisasi secara
efektif.
tulisan diatas ini kalau kita memahami pasti kami yakin bahwa kami bisa merubah suatu daerah.
0 komentar:
Posting Komentar