illustrasi (foto kabar mapegaa) |
Bila kita membuka kembali Sejarah Perlawnan orang
Papua, bulan Juli adalah Puncak dari Rakyat Papua yang di wakili oleh
orang Mee di Paniai melakukan perang menolak kehadiran Indonesia di
Papua di Hadapan PBB dan UNTEA. Dan dalam semangat itu, kami menulis
sebuah kisah yang indah menjelang Perang antara Indonesia dan Orang
Papua yang di wakili oleh orang Mee berlangsung di Paniai.
Sore
hari di akhir tahun 1968, Siswa – siswi SGB (Sekolah Guru Biasa) YPPGI
Enarotali dalam cuaca dingin sibuk dengan kegiatan masing – masing
dilingkungan sekolah, tampak Willem (Wim) Zonggonauw yang saat itu
sebagai anggota DPRGR Irian Barat, datang dari Soekarnapura (Jayapura)
ke Kota Enarotali dan tinggal di penginapan Misi Katholik di Iyaitaka.
Sepintas saja sore itu dia nampak dengan mengenakan celana pendek abu -
abu dengan sepatu hitam dan kaos kaki setengah tiang melewati asrama
dengan melambaikan tangan kepada para siswa SGB YPPGI Enarotali dengan
setengah senyum.
Melihat
beliau lewat, para siswa SGB YPPGI sebagian kembali melambaikan tangan
tanda memberi salam, dan ada yang diam dan ada yang bertanya
tanya,sebenarnya orang hitam tinggi dan besar serta hidung panjang ini
dari mana. Sehingga sejenak di lingkungan asrama SGB YPPGI terjadi
diskusi yang seru antar siswa. Dimana sebagian siswa dari daerah Tigi,
Kamu dan Mapia terheran dan kagum katakan bahwa “Kike Kaya ka
Ogay”,.Maksudnya Bos ini berasal dari mana. Ungkapan ini keluar karena
saat itu semua orang yang berpenampilan dan berpakaian bagus orang
menyebutnya dengan Ogay atau bos. Sedangkan mereka yang tahu’ khusunya
dari daerah Weyadide, Kebo Agadide dan Kopo katakan dia ini“ Ogay “ atau
Bos dan anggota DPRGR Irian Barat di Sukarnapura.
Lewat
pertemuan sejenak dan diskusi di sore itu, pada esok harinya orang
yang sama kembali lagi dengan di temani Karel Gobay seorang terdidik
orang Mee yang saat itu menjabat sebagai Wakil Bupati Paniai menjelang
Pepera 1969. Kedua orang ini masuk komleks sekolah SGB YPPGI dan ijin
pak guru Sumule dan memberikan semacam diskusi tentang Papua dan ajakan
untuk belajar yang serius. Setelah sekitar 2 jam memberikan cerama,
bersama Karel Gobay, mereka dua jalan dalam diskusi serius namun dengan
suara yang tertahan dalam mulut.
Belakangan di
ketahui, Willem Zonggonauw datang ke Enarotali untuk mengecek sampai
sejauh mana hasil persiapan pertemuan rahasia bersama di Jayapura yang
di hadiri oleh Kabupaten Jayapura, Biak, Jayawijaya,Yapen Waropen,
Manokwari, Sorong, Fakfak, Merauke dan Paniai yang bersepakat untuk
gagalkan PEPERA 1969. Dimana sesuai kesepakatan di Soekarnapura, mereka
meminta agar Indonesia menarik semua pasukan, Menghetikan
pembunuhan,culik dan teror kepada orang Irian dan minta agar UNTEA tidak
memihak Indonesia dan bila tidak, semua petugas UNTEA dan PBB yang di
anggap memihak Indonesia dan tidak netral dalam persiapan pelaksanaan
PEPERA 1969 harus di bunuh .
Willem
Zonggonau datang saat Karel Gobay melakukan persiapan, dimana saat itu
orang Mee sudah beberapa kali menyampaikan pendepat kepada
Indonesia,UNTEA dan PBB agar Tentara Indonesia di tarik sebelum
pelaksanaan PEPERA 1969 dan meminta UNTEA dan PBB agar netral dalam
persiapan PEPERA 1969. Namun semua aspirasi ini tidak di indahkan
mereka. Dan untuk menyikapi tuntutan orang Mee ini, sesuai kesepakatan
Karel Gobay sudah membicarakan rencana untuk gagalkan PEPERA 1969 dengan
semua Dewan Perwakilan Rakyat di Paniai melalui ketuanya David Pekey.
Kemudian
membagi pos perlawanan kepada para Polisi putra daerah, dimana untuk
melakukan perlawanan di wilayah Mapia, pimpinannya Karel berikan kepada
Mapia Mote dengan titik/ lokasi pertempuran di Degei Dimi; Wilayah Kamu
dibawah pimpinan Garis Adii dengan titik/lokasi pertempuran di Ode Dimi;
Wilayah Tigi dibawah Pimpinan Senin Mote dengan titik/ lokasi
pertempuran Iya Dimi dan Okomo Tadi; Wilayah Paniai Barat dibawah
pimpinan Kores Pigai dengan titik/lokasi pertempuran di Ogiyai Dimi;
Wilayah Paniai dibawah pimpinan Karel Gobay sendiri dengan titik/lokasi
Pertempuran Enarotali,Dagouto dan Bunauwo dan semua orang Mee sudah
mengetahui itu.
Setelah sekitar 1 minggu di
Enarotali, Willem Zonggonau kembali ke Soekarnapura dengan menaiki
pesawat AMA milik Misi Katholik dari Epouto setelah memberi cerama
kepada siswa SMP YPPK St.Franmsiscus Epouto ,dan kepergiannya menjadi
cerita yang heboh di semua siswa SGB YPPGI Enarotali saat itu.
Lepas
kepergian Zonggonauw,pada tanggal 25 April 1969, beberapa siswa SGB
YPPGI dari Weyadide yang hadir dalam pertemuan masyarakat dengan Karel
Gobay membawa kabar bahwa Karel Gobay baru saja panah seekor sapi yang
besar di Kampung Aikai dalam pertemuan itu dan hanya dengan sebuah anak
panah, sapi besar itu mati di tempat, sehingga Karel Gobay menyatakan
siap berperang melawan Indonesia.
Mendengar berita
bahwa Karel siap perang untuk batalkan Pepera 1969,semua siswa SGB
YPPGI Enarotali di liburkan oleh pihak Sekolah dan berharap agar Siswa
SGB saat kembali ke Daerah masing – masing, bisa mengajar untuk praktek
di kampung mereka yang ada sekolah.
Sementara Siswa
SGB siap - siap untuk kembali ke daerah masing, masing, tepat tanggal 1
Mei 1969 pemimpin perang Karel Gobay meninggalkan Jabatan sebagai Wakil
Bupati Kabupaten Paniai dan mengambil alih komando dan menyatakan
perang menolak PEPERA 1969 yang jelas - jelas pasti tidak
netral.Sekaligus memerintahkan, Mapia Mote di Degei Dimi; Garis Adii di
Ode Dimi; Senin Mote dan Aman/Thomas Douw Di Iya Dimi dan Okomo Tadi
untuk melakukan perang.
Dalam
perintah yang sama, tanggal 2 Mei 1969 Karel Gobay mengumumkan kepada
seluruh masyarakat yang berdomisili di Meuwodide Paniai segera mencari
tempat persembu nyian, serta Karel Gobay melakukan boikot semua
fasilitas umum seperti gedung-gedung perkantoran dan lapangan terbang
Enarotali. Dan saat itulah datang Sarwo Edi Wibowo ke Enarotali untuk
membicarakan persoalan itu dan saat mendarat dengan pesawat, Polisi
Mambrisu melepaskan peluruh dari senjatanya di Lapangan terbang
Enarotali mengenai salah satu personil yang ikut rombongan Sarwo Edi
Wibowo dan pecalah perang antara TNI dan rakyat bangsa Papua yang
berdomisi di wilayah Paniai selama 3 (tiaga) bulan yaitu bulan Mei
sampai dengan bulan Juli 1969 di depan mata PBB sebagai bukti bahwa
orang Asli Papua menolak Pepera 1969 yang penuh penipuan dan curang
serta penuh Intimidasi dan Pembunuhan.
Di depan
UNTEA dan PBB, Pasukan Indonesia dari semua kesatuan di terujunkan di
Paniai dengan basis penerjunan di Okomotadi dan Wanghete. Sebelum
Penerjunan, TNI menghaburkan BOM dari udara dengan pesawat B-2 di
sekitar Danau tigi,lalu dengan tiga buah pesawat, TNI di hambur dari
Udara. Semua orang Mee siap siaga dan berperang. Militer mulai masuk
melakukan operasi mulai dari Moanemani hingga Paniai.Banyak orang Mee
terbunuh dan juga TNI/Polisi.
Perang Tahun 1969 di
Enarotali berlangsung kurang lebih selama 3 (tiga) bulan lebih yaitu
mulai Tanggal 2 Mei sampai dengan bulan Juli tahun 1969 dan dalam
pertempuran di beberapa wilayah /titik pertempuran berjalan sangat
sengit dan sana sini terdapat banyak korban jiwa berjatuhan baik pihak
TNI dari NKRI maupun rakyat Bangsa Papua di Paniai termasuk harta benda
mereka tetapi Karel Gobay selaku pemimpin perang tetap kobarkan semangat
juangnya.
Dalam kondisi demikian tepat pada bulan
Juli 1969 Karel Gobay mendapat sebuah surat yang dikirim oleh Ketua
C&MA Pdt. Katto, orang America Serikat. Yang sebelumnya di minta
oleh Brig.Jend.Sarwo Edi Wibowo yang saat itu menjabat Panglima Kodam
cendrawasih di Jayapura. Setelah membaca surat tersebut,dalam surat
Katto meminta kepada Karel Gobay bertemu di Perumahan Misionaris di Kebo
II Paniai Utara. Karel menyetujui. Sesuai kesepakatan, tanggal dan
hari yang dijanjikan, Katto terbang dari bandara udara Sentani Jayapura
dengan menggunakan pesawat milik MAF dan sekitar pukul,11 siang Katto
mendarat di bandar udara Kebo II dan Katto langsung melakukan pertemuan
singkat dengan Karel Gobay.
Dalam
pertemuan itu sesuai permintaan dan kesepakatan dia dengan Panglima
Kodam Cendrawasih, Pdt.Katto memaksa Karel Gobay untuk segera hentikan
perang dan menyerahkan diri kepada pemerintah dengan dengan mengatakan;
Tuntutan Pengakuan Kedaulatan Bangsa Papua Barat merupakan masalah
seluruh Bangsa Papua Barat tetapi mengapa Rakyat Paniai di bawah
pimpinan Karel Gobay saja yang melakukan perlawanan melaui perang kepada
NKRI;Lalu Karel jawab, perlawanan ini di lakukan oleh seluruh Bangsa
Papua sesuai kesepakatan kami tetapi saudara - saudara kita di 8
(delapan) kabupaten yang lain sementara kami tahu mereka ada dalam
tindakan kekerasan yang dilakukan oleh TNI NKRI sehingga mereka tidak
bisa buat apa-apa.
Setelah jawab itu Katto kembali
menyampaikan bahasa Propagandanya dengan kembali menyampaikan banyak
Masyarakat yang tidak berdosa telah korban didalam perang yang Saudara
pimpin ini bagaiman, lalu Karel Gobay mengatakan saya siap bertanggung
jawaba pengorbanan jiwa mereka dihadapan Tuhan Yang Maha Kuasa
diakhirat nanti; dan saya percaya Tuhan tidak akan adili saya karena
tindakan saya ini membela kebenaran. Karena Karel memberi Jawaban
perlawanan maka; Pdt.Katto yang warga negara Amerika yang saat itu
menjabat sebagai pemimpin C&MA ini dalam ketergesannya mengambil
Alkitab dan meletakkannya diatas meja dan mengambil selembar Bendera
Bintang Fajar yang dibawah dari Jayapura diatas meja pertemuan lalu
mengajukan pertanyaan kembali kepada Karel Gobay.
Dari
kedua benda ini Karel mau pegang Alkitab atau Bendera bintang
Fajar.Melihat dan mendengar pertanyaan itu, Karel Gobay mengambil kedua
benda tersebut dan menggenggam Alkitab ditangan kanan dan Bendera Bangsa
Papua ditangan kiri dan secara tegas Karel Gobay menjawab Saya pegang
kedua duanya. Melihat itu Katto kembali memohon kepada Karel Gobay denga
mengatakan saat ini sebaiknya saudara pegang Alkitab sedangkan untuk
Bendera ini sebaiknya anda simpan di tempat ini dan dikemudian hari
nanti dilanjutkan oleh anak cucu Saudara. Lepas pertemuan itu, Karel
Gobay tanpa melakukan kesepakatan dengan rakyat Paniai yang masih
semangat berperang, mengambil keputusan hentikan perang.
Mendengar
pernyataan Karel Pdt.Katto membawa Karel Gobay ke Jayapura dengan Karel
mengenakan pakaian pimpinan perang, dan didampingi dua orang yang lain
yaitu Manis Yogi dan Kuyai Bedo Adii dari berangkat dari Kebo II dengan
menggunakan pesawat terbang Cessna milik MAFke Jayapura untuk Karel
pertanggung jawabkan Perag 1969 di hadapan Pemerintah Indonesia melalui
Panglima wilayah Maluku dan Irian Barat yaitu Brig.Sarwo Edi Wibowo.
Pukul,12,00 WIT, Karel bersama kedua orang pengantar dan Pdt.Katto Tiba
di di bandar udara Sentani dan Karel di jemput dengan pengawalan yang
ketat oleh TNI. Di Celah pengawalan yang ketat itu ada suara dari
seorang tokoh politik pemerintah Hindia Belanda dan dia katakan Tuan
Gobay kamu sudah menang perang namun anda tidak didukung oleh
saudara-saudara dari 8 (delapan ) Kabupaten yang lain.
Di
hadapan Panglima Wilayah Maluku dan Irian Barat Brig.Jend.Sarwo Edi
Wibowo, Karel Gobay mempertanggung jawabkan apa saja dilakukannya,dan
mereka katakan Karel anda adaah Pejabat Negara NKRI yang telah melawan
Ideolgi Pancasila.Lalu Karel katakan, perbuatan saya ini hanya untuk
mempertahankan Ideologi Bangsa Papua Barat.
Nau
sebagaimana kesepakatan awal, Pemerintah Indonesia memintah agar Karel
Gobay kembali bekerja sebagai Wakil Bupati Kabupaten Paniai seperti
biasanya.Namun tidak alam kemudian di tahun 1971,sementara dia ke
Jakarta untuk berobat,dia di hentikan Presiden Soeharto
Sumber :http://amoye60841.wix.com/pacificmelanesia#!Mengingat-Kembali-Tokoh-Papua-Merdeka-Karel-Gobay/c1beo/586d121fe1235b0c211b9bbe
0 komentar:
Posting Komentar